Menyusun Pertanyaan yang Mematikan

Saya akan berbagi pengalaman tentang menjadi mahasiswa aktif dengan pertanyaan-pertanyaan kritis. Trik ini saya dapatkan sejak menjadi jurnalis lepas di beberapa media massa digital. Pengalaman mewawancarai berbagai narasumber dengan pertanyaan yang singkat dan padat serta mendalam.

Pengalaman menyusun pertanyaan kepada berbagai narasumber saya aplikasikan ke dalam aktivitas mahasiswa. Sehingga acap kali mahasiswa yang sedang presentasi kesulitan mencari jawaban dari pertanyaan yang saya lontarkan. Berikut beberapa hal yang saya pegang dalam menyusun pertanyaan, yang akan saya rangkum dengan singkat.

Pahami materi yang akan ditanyakan.

Sebelum bertanya, harap pastikan bahwa kamu benar-benar memahami topik diskusi. Pertanyaan yang terlalu kabur atau umum biasanya tidak banyak membantu. Lebih bijaksana jika kamu menemukan bagian yang masih tidak jelas atau bahkan tidak dibahas.

Di samping itu, pertanyaan yang menguasai materi bisa memunculkan sanggahan dari jawaban yang sudah diberikan secara berkelanjutan. Sehingga, pertanyaan yang kamu lempar bukan sekadar pertanyaan formalitas untuk mendapatkan nilai dari dosen, tetapi kamu memang ingin mendapatkan wawasan yang lebih jauh.

Satu pertanyaan akan mampu melahirkan cabang-cabang pertanyaan kecil lainnya. Sebab itu, bertanyalah karena kamu sudah mengetahui isi materi yang disampaikan, bukan malah bertanya karena tidak tahu sama sekali. Dalam hal ini, kamu bisa menggunakan semua kata tanya (5W+1H).

Contoh:  Apa yang membuat kamu mengambil teori ini? Siapa tokoh yang setuju dan menolak teori ini? Di mana teori yang kamu ambil ini bisa diimplementasikan? Bagaimana cara mengimplementasikan di era teknologi ini? Dan masih banyak lagi.

Bertanya menggunakan kata “mengapa” atau “bagaimana”.

Pertanyaan “mengapa” berguna untuk menggali alasan atau latar belakang dari sebuah teori secara mendalam. Sedangkan “bagaimana” untuk mencari langkah-langkah atau penjelasan konkretnya. Selain kedua pertanyaan ini, pertanyaan lain akan mudah terjawab dengan singkat dan tidak bisa dikomentari balik. 

Contoh: Mengapa kamu memilih teori A dibanding teori B? Bagaimana teori ini mampu berkontribusi di kehidupan nyata saat ini?

Berikan asumsi.

Pertanyaan akan lebih tajam jika berdasar pada asumsi. Bertanya sebatas materi tidak cukup membuat orang yang akan menjawab berpikir panjang. Pertanyaan dengan asumsi juga mampu mendalami materi yang sedang dibahas. Sebab, orang yang bertanya maupun yang akan menjawab harus menguasai berbagai argumen, berbagai sudut pandang.

Contoh: Asumsi tentang teknologi AI memang sudah digunakan di berbagai industri secara meluas. Mengapa sektor industri semakin banyak yang menggunakan AI dan bagaimana cara memastikan penggunaannya tidak melanggar aturan?

Cari sudut pandang yang berbeda.

Jika materi yang sedang dibahas adalah tentang ekonomi, cobalah bertanya dengan menggunakan perspektif seorang psikolog. Coba mencari celah di mana keduanya masih terhubung. Dengan pertanyaan ini, diskusi bisa lebih aktif, kritis, dan mendalam. Bahkan teori lain bisa muncul menjadi pengetahuan baru yang menarik.

Contoh: Makalah yang sedang dibahas adalah tentang teknologi digital. Bagaimana pesantren menyikapi kemajuan teknologi menurut kelompok kalian? Bagaimana menumbuh-kembangkan psikologi anak di zaman kemajuan teknologi begini?

Mencoba provokatif.

Dalam hal ini, bukan pertanyaan yang menyinggung. Melainkan sebuah pertanyaan semacam pendapat. Seperti pertanyaan yang bisa dilontarkan adalah tentang sisi kekurangan atau keterbatasan teori dalam materi yang disampaikan. Kemudian, tanyakan solusi  untuk mengatasinya. 

Contoh: Setelah kamu menulis makalah ini, apakah kamu setuju dengan teorinya? Bagaimana teori yang kamu tulis ini berkontribusi dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini?

Ambil data dan fakta.

Baca sebuah berita terkini, lalu gunakan data dan fakta yang tertera untuk menanyakan teori yang sudah dibahas. Contoh: berdasarkan data dan fakta terbaru, di beberapa media massa, beberapa lapisan masyarakat masih ada yang tidak suka dengan naturalisasi pemain timnas atau atlet. Sedangkan di makalah kamu menjelaskan sebagai warga negara kita harus memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme. Bagaimana kamu menyikapi hal demikian?

Sebagai simpulan, pertanyaan yang mendalam memerlukan persiapan, pemahaman terhadap materi, dan kemampuan untuk mengeksplorasi wawasan yang lebih jauh. Menjadi penanya yang tajam tidak hanya berguna sebagai mahasiswa, tetapi juga dapat membantu dirimu menjadi seorang yang kritis dan analitis.

0 Komentar